Kamis, 21 Januari 2016

The Secret

Bismillah....
Di jaman terbuka seperti saat ini, untuk bisa menerima bahwa ada yang dirahasiakan dan disembunyikan bukanlah hal mudah. Bahkan, kerahasiaan seringkali dikonotasikan negatif seakan-akan sesuatu yang disembunyikan itu pastilah suatu hal yang buruk. Memang sih ada sebuah hadits riwayat Muslim yang isinya Nabi bersabda:
الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ ، وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ ، وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
Artinya: Kebaikan adalah akhlak yang baik. Sedang dosa adalah sesuatu yang membuat hati guncang dan bimbang dan kamu tidak suka orang lain mengetahuinya.
Tapi, kita juga perlu ingat bahwa, rasulullah pernah mengalami dakwah secara sembunyi-sembunyi. Hal yang menganggap bahwa sesuatu yang dirahasiakan itu adalah sesuatu yang buruk dan mencemaskan sayangnya tak hanya lahir dari mereka yang memusuhi dakwah islam. Buktinya seringkali bahkan kader dakwah sendiri merasa terburu-terburu, membuka informasi-informasi yang belum siap untuk diterima masyarakat luas kemudian justru bukannya membantu dakwah, malah menjadi bumerang bagi dakwah itu sendiri. Kerahasiaan ini sebenarnya sesederhana dari bagian strategi dalam upaya menjaga keberlangsungan dakwah islam itu sendiri. Bayangkan saja, seandainya kamu main catur misalnya, terus kamu mengatakan kepada lawanmu, aku mengambil langkah ini kemudian mau mengambil langkah itu dan selanjutnya. Menurutmu, pemain yang demikian akan menang? Ada pula kisah yang disampaikan dalam buku fiqh dakwah berupa:
Sebagian kaum muda bertanya: "Selama jihad itu merupakan fardhu, dan umat Islam telah berjanji menjual diri dan harta untuk Allah, kenapa tidak berjihad dan menyerahkan harta dan jiwa ke jalan Allah?"
Saya jawab:"Orang yang telah menjual diri dan hartanya untuk Allah baginya tidak berhak mengorbankan diri dan hartanya itu DI SEMBARANG WAKTU DAN AMAL SEKEHENDAKNYA, tetapi ia harus dikorbankan pada waktu dan amal usaha yang telah ditentukan oleh syariat islam. Dan Allahlah yang menentukan, yang mengarahkan pada waktu yang mana, dalam kerja apa, dan cara bagaimana harus menyerahkan jiwa dan harta. Apakah ditengah-tengah gangguan, tindasan, penyiksaan, kesabaran, dan ketahanan ataupun di tengah-tengah peperangan, jihad dan perlawanan terhadap musuh-musuh. Kita tidak boleh didorong oleh sentimen dan perasaan melulu, atau terburu-buru ingin cepat memetik hasil serta buahnya. Lalu melakukan aktivitas, usaha-usaha dan pertarungan yang bersifat parsial, ketika mengorbankan jiwa dan harta tanpa membawa keuntungan dakwah yang nyata. Tindakan seperti itu bahkan akan membawa keuntungan dan menambah kekuatan para pendukung kebatilan.
Sehubungan dengan masalah ini orang berkata:"Orang yang telah menjual dirinya untuk Allah, baginya tidak berhak sebelum orang yang menyiksanya, Allahlah yang mempunyai hak atasnya, apakah dia mengampuninya ataupun menyiksanya."
Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa sebuah semangat juang yang tinggi tak akan pernah membuahkan hasil yang diinginkan jika tidak dibarengi dengan strategi yang matang. Padahal seharusnya cukuplah bagi kita sesama pejuang dakwah untuk selalu berhusnudzon pada pimpinan kita, misalnya anggota departemen A terhadap kepala departemennya, kadep terhadap ketumnya, dll. selama mereka masih menjadikan AL Qur'an dan As sunnah sebagai pedoman langkahnya, seandainya pun khilaf maka cukuplah saling mengingatkan dalam kebaikan kemudian luruskan lagi barisan dan rapatkan shaf. Sebab sesungguhnya, dakwah ini milik Allah bukan milik kita, Allahlah yang memilih siapa-siapa yang menjadi pejuangnya, bukan kadep, bukan ketua. Maka Allahlah sebaik-baik penjaga dakwah ini, tak ada urusan berapa lama seseorang telah berkecimpung di jalan dakwah kemudian kita terjemahkan begitu saja bahwa ia telah lebih bertakwa dibanding seseorang yang baru memperbaiki bacaan Al Qur'annya dengan tulus di usia yang bukan lagi usianya orang belajar. Tak ada urusan anak seorang dai pasti menjadi dai seluar biasa orang tuanya. Karena dakwah ini, hidayah ini, adalah milik Allah. Hanya saja, jikapun lebih didahulukan seseorang itu dipilih karena kualitas dirinya yang mendapat dukungan dakwah dari keluarga maka ia telah memenuhi tujuan-tujuan besar dalam fungsi keluarga(lengkapnya: membangun keluarga). Maka:
"Sebenarnya Allah, Dia-lah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar." (Al Hujurat:17)
Padahal sebenarnya, fase rahasia dakwah rasulullah pun tak kemudian serta merta segalanya dirahasiakan. Karena sejak awal setelah diangkat menjadi rasul melalui turunnya surat Al Mudatsir:1-4, tugas pertama muhammad saw adalah menyeru terhadap kaumnya, yaitu:
"Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah." (Al Mudatsir:1-4)
Kemudian ayat yang selanjutnya turun adalah:
"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik." (Al Hijr:94) 
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat." (Asy syura:214)
Pun kita ingat betul bahwa rasulullah telah mengumumkan terhadap kaum kerabatnya dengan jaminan reputasinya sebagai Al Amin (yang terpercaya) dengan mengatakan bahwa sesungguhnya pemimpin tidak akan mendustai keluarganya dan menyatakan mengenai dirinya bahwa dirinya adalah utusan Allah yang bertugas untuk memberi peringatan dan juga mengajak manusia untuk beriman hanya kepada Allah Yang Maha Esa serta adanya hari pembalasan. Nilai-nilai ini merupakan nilai dasar bahkan misi utama dakwah islam yang tak pernah rasulullah sembunyikan sedikitpun.

Jika demikian, apakah yang perlu dirahasiakan? Pada masa islam masih lemah, penganutnya sedikit, dan bahkan banyak muslim yang berasal dari golongan yang lemah bahkan budak dengan kondisi keimanan yang masih tipis, maka merahasiakan siapa-siapa yang telah masuk islam dan dimana proses pembinaannya merupakan hal yang urgent (penting) demi menjaga keberlangsungan dakwah dan mengamankan saudara seiman dari gangguan yang belum mampu dipikul oleh jamaah islam masa itu. Fase ini merupakan bagian dari strategi rasulullah.

Cukuplah bagi kita untuk mampu berhusnudzon dengan mengingat bahwa dakwah ini milik Allah, maka siapa-siapa yang menginginkan selain keridhoan dari Allah biarkan Allah lah yang menentukan balasannya dan kemudian sesungguhnya mudah bagi Allah untuk menggantikan mereka dengan golongan yang lebih baik.
"Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan bathil; ada pun buih itu, akan hilang sebagai suatu yang tidak ada harganya; ada pun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi; demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan." (Ar-Ra'ad:17)
Dalam risalah pergerakan telah dipaparkan bahwa dakwah memiliki sifat:
  1. Keterusterangan
  2. Kesucian, ianya bersih dari ambisi pribadi, bersih dari kepentingan dunia, dan bersih dari hawa nafsu. Ia terus berlalu menapaki jalan panjang kebenaran yang digariskan ALlah swt dalam firmannya,"Katakanlah, inilah jalan(agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada jalan Allah dengan hujah yang nyata.'Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik." (Yusuf:108)
  3. Kasih Sayang.
  4. Semua keutamaan hanyalah milik Allah
Maka seharusnya, cukuplah bagi kita untuk menjadikan pemahaman ini sebagai bahan kita untuk mampu berhusnudzon terhadap kerahasiaan yang merupakan strategi dakwah ini. Dan biarkan Allah sebagai pemilik dari dakwah inilah yang jadi penjamin dan penjaganya. Dan biarkanlah segalanya indah pada waktunya dan kepada Allahlah kita berserah diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar